Uniknya Kencan WNI & Pria Korea, Pacaran Sambil Jualan hingga Menikah dan Sukses di Busan
Kisah cinta dari pasangan beda negara enggak ada habisnya, Bunda. Beberapa waktu yang lalu, Bubun berhasil mengontak Cathlea Kim yang menikah dengan pria Korea bernama Younghyun Kim.
Pasangan ini menikah sejak 2021. Kini, keduanya sibuk menjadi pengusaha dengan membuka butik batik di Busan, Korea Selatan.
Saat ditanya soal hubungan asmara, Cath membeberkan bahwa pertemuan mereka diatur oleh temannya. "Awalnya karena teman saya yang memperkenalkan," katanya melalui WhatsApp beberapa waktu yang lalu.
Wanita asal Semarang ini memaparkan bahwa ia dan suami berkencan sambil mencari keuntungan, Bunda. Tak seperti pasangan lain, keduanya justru pacaran sambil jualan.
"Biasanya orang kalau nge-date ngabisin uang, kita malah dapat uang karena nge-datenya sambil jualan, haha," kenangnya.
Bisnis tampaknya memang membuat hubungan keduanya semakin erat, Bunda. Terlebih lagi, Cath menyebut bahwa sang suami adalah sosok yang amat pengertian serta selalu memberikan dukungan kepadanya.
"Suami saya selalu support saya, nggak pernah mengeluh, selalu sabar, selalu menghormati saya. Kami juga saling melengkapi kekurangan masing-masing dalam segala hal," katanya.
Suatu ketika ketika orang tua Cath datang ke Korea Selatan, suaminya memaksa untuk bertemu dengan orang tuanya secara langsung. Kata Cath, sejak awal Younghyun Kim memang menunjukkan keseriusan.
"Saat orang tua saya main ke Korea pertama kali, suami saya yang minta ketemu sama mereka."
"Sampai akhirnya kami berdua ke Indonesia karena suami saya mau minta izin untuk menikahi saya. 1 tahun setelah itu kami menikah di Busan lalu ke Indonesia dengan keluarga suami untuk melakukan pesta pernikahan di Indonesia," bebernya.
Buka butik di Korea
Berawal dari kencan sambil jualan, bisnis Cath dan suami terus berkembang. Setelah menikah, mereka terus berkomitmen untuk saling bahu membahu mewujudkan mimpi hingga berhasil membukan toko bernama Halo Bali.
Untuk memulai semuanya, Cath menyebut perizinan bisnis, merupakan langkah awal yang paling penting. Bagi warga asing, perlu untuk punya visa bisnis sebelum berdagang. Tapi dalam kasusnya yang menikah dengan warga setempat, maka administrasi tersebut bisa dilewati.
"Untuk perizinan membuka bisnis bagi warga asing tentu diperlukan uang yang cukup banyak agar bisa mendapatkan visa bisnis. Tetapi saya tidak menggunakan visa bisnis karena suami saya orang Korea," ujarnya.
"Namun untuk kepemilikan bisnis, tetap ada nama saya. Jadi bisnis ini atas kepemilikan bersama," sambungnya.
Cath dan suami kemudian membangun bisnis butik dan menjual beberapa barang berkaitan dengan batik di Busan, Bunda. Barang-barang tersebut berupa aksesoris dari brand Indonesia. Mulai dari fashion hingga dekorasi rumah, Cath ungkap bahwa ia dan suami selalu berusaha membuat produk yang dijual sesuai dengan kesukaan warga Korea.
"Ada aksesoris dari brand lokal Indonesia yang pernah kami jual di butik, tas-tas rotan, hiasan kayu. Barang-barang yang kami tidak bisa produksi sendiri dan yang kami curate sendiri yang kira-kira cocok dengan kesukaan orang Korea," katanya.
Perjuangan Mejalankan Bisnis
Selama menjalankan bisnis, pelaku usaha perlu memperhatikan kualitas bahan baku produk ya, Bunda. Untuk Cath dan suami, hal tersebut juga berlaku amat ketat, lho.
Tak menjual produk begitu saja dari produsen, Cath mengaku bahwa ia dan suami turut memberikan desain tersendiri. "Kalau brand kami sendiri lebih ke fabric (kain), fashion, dan fabric home decor (dekorasi rumah). Untuk kainnya pun juga kami enggak sembarang pilih, harus yang kualitasnya bagus karena orang Korea itu sangat teliti kalau membeli barang."
"Untuk fabric dan fabric home decor yang kami jual, kainnya 50 persen kami kurasi sendiri dan 50 persen kami yang design. Untuk fashion semua pakai kain yang kami design sendiri," tuturnya.
Suka duka jalani bisnis
Selayaknya para pengusaha pada umumnya, pasangan ini juga pernah mengalami berbagai cobaan, Bunda. Sebelum menjalani bisnis butik batik ini, keduanya pernah jualan sedotan stainless namun harus berhenti karena persaingan yang ketat.
"Sebelum bisnis batik, saya dan suami saya punya bisnis sedotan stainless kecil-kecilan. Tapi kami sadar kalau bisnis ini susah berkembang karena kami tidak bisa bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar," katanya.
Selain itu, Cath dan suami pernah hampir didenda hingga ratusan juta karena ketidaktahuan. Kata Cath, kala itu mereka ditegur pihak perizinan import barang.
"Pernah kami nyaris bayar denda Rp100juta diawal bisnis karena kami belum tau betul peraturan mengimport barang. Tapi untungnya karena itu kesalahan pertama kami jadi kami hanya disuruh untuk nempelin stiker satu-satu ke seluruh barang yang kita import."
"Banyak sekali pelajaran yang kita dapat selama menjalankan bisnis dan kami pun akan terus belajar untuk menjadi lebih baik," kenangnya.
Meski cobaan terus datang, pasangan ini tak pernah menyerah dan komitmen untuk terus berjuang. Katanya, mengelola bisnis ini mirip seperti melahirkan anak. Walaupun sulit, ia dan suami akan menikmati cobaan yang ada dan berjuang mati-matian untuk mempertahankannya.
"Punya bisnis di bidang fashion itu adalah mimpi aku dan suami. Meskipun sulit dan banyak cobaan, kami ngelakuinnya enjoy banget."
"Dan bisa dibilang bangun brand berdua gini tu rasanya kyk punya "anak". Jadi ya mau susah, naik turun, jumpalitan, this is all what we have and we have to fight for it. Bisa kerja dan bangun bisnis sama suami juga udah merupakan suatu kebahagiaan tersendiri sih," ungkapnya.
Kita doakan, semoga bisnis mereka lancar dan tak menemui kendala besar lagi ya, Bunda.
Sumber : haibunda.com
(*)