Imbas Keganjilan di Rumah Ruben Onsu dan Sarwendah, Baim Wong: Pertama Kali Kiano Ketakutan Begini
Kiano Tiger Wong, putra pasangan artis Baim Wong dan Paula Verhoeven ketakutan saat datangi rumah Ruben Onsu. Kala itu, Sarwendah dan Betrand Peto ikut menyaksikannya.
Beberapa waktu lalu, Kiano Tiger Wong ikut Paula Verhoeven
bertamu ke rumah Ruben Onsu dan Sarwendah.
Kiano tak henti-hentinya menangis saat berada di rumah orangtua
asuh Betrand Peto tersebut.
Kiano Tiger Wong merasakan aura berbeda di rumah Ruben Onsu dan Sarwendah
itu.
Hal itu memicu reaksi Baim Wong yang mana kala tahu anaknya
bersikap demikian.
Dilansir Banjarmasinpost.co.id dari instagram pribadi Baim
Wong, Senin (18/7/2022) sang youtuber mengungkap fakta.
Dia awalnya mengunggah cuplikan video saat Kiano menangis
ketakutan.
Di tengarai, balita 2 tahun tersebut melihat makhluk tak kasat mata yang
berada di jendela lantai 2 rumah megah Betrand Peto.
Baim Wong mengatakan ini adalah kali pertama Kiano Tiger Wong
mengalami kejadian seperti itu.
Tak biasanya Kiano yang dikenal ceria itu ketakutan seperti kejadian saat
di rumah Ruben Onsu itu.
Rupanya, Baim Wong belum pernah melihat Kiano yang ketakutan
seperti itu.
“Pertama kali Kiano ketakutan begini, “ beber Baim Wong melalui
caption.
Dalam video yang ditayangkan melalui kanal YouTube Baim Paula pada 13
Juli 2022, Kiano Tiger Wong terlihat sedang digendong oleh
Paula Verhoeven.
Saat itu, mereka sedang berada di taman belakang dekat kolam
renang.
Namun selama digendong di kediaman Ruben Onsu, Kiano nampaknya
merasakan hal mistis yang membuatnya merengek-rengek mengutarakan
perasaan ketakutannya.
"Iiih takut," ungkap Kiano dengan mimik wajah ketakutan.
Mendengar itu, Paula nampaknya berusaha menenangkan sang anak yang
ketakutan.
“Ada es krim nih mama punya es krim mau nggak,” ujar Paula.
Kemudian, Paula pun berusaha mencari tahu alasan sang anak kenapa tidak
nyaman berada si tempat tersebut.
“Kok takut, kakak kenapa nggak mau di sini? Kak mama tanya kenapa nggak
mau di sini,” tanya Paula penasaran.
Ternyata Kiano merasakan ketidaknyamanan saat beberap kali melihat
rumah Ruben Onsu di lantai 2.
Sarwendah pun menghampiri mereka dan menanyakan kepada Kiano agar
mereka pindah ke depan rumah.
“Kak mau ke depan aja nggak?” kata Sarwendah.
Penasaran, Paula pun bertanya kepada Sarwendah ada apa dengan
lingkungan rumah mereka.
“Emang rumahnya ini bener nggak sih?” kata Paula.
Istri Ruben Onsu ini pun menjawab kemungkinan yang ada bahwa
benar di kediaman mereka ada makhluk lain selain manusia.
“Ah nggak tau lah, itu kan orang lain yang gimana gitu kan, istilahnya
gini kita punya dunia masing-masing, jadi sendiri sendiri aja,”
ujarnya.
Melihat Kiano yang masih rewel akhirnya mereka pun berpindah ke depan
rumah.
Simak video selengkapnya:
5 Cara Bantu Anak Hadapi Rasa Takutnya
Sebagai orangtua, kita kerap kebingungan menghadapi anak yang takut
atau cenderung memilki fobia terhadap sesuatu.
Sebenarnya, ada beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk membantu si
kecil menghadapi rasa takutnya.
1.Pahami ketakutan si kecil
Fobia - yang oleh psikolog dan psikiater disebut sebagai "fobia
spesifik" adalah salah satu dari sedikit gangguan kecemasan yang dapat
terjadi pada anak-anak.
Secara umum, fobia menyebabkan ketakutan yang berlebihan dan tidak
terkendali terhadap suatu objek atau situasi yang begitu intens sehingga
mengganggu kehidupan normal.
Ketika seorang anak memiliki fobia, respons “melawan atau lari" mereka
menjadi kacau. Hal itu lantas menghasut perasaan takut dan bahaya yang
berlebihan.
Anak-anak dapat memiliki fobia tentang hampir semua hal - lebah,
anjing, jarum, jembatan, kegelapan, ketinggian, suara keras, muntah,
bahkan kancing - dan penelitian menunjukkan bahwa sekitar 9 persen
anak-anak dan remaja mengalaminya.
Anak-anak dapat mengembangkan fobia tiba-tiba, seringkali dipicu oleh
pengalaman yang menakutkan atau perlahan-lahan seiring berjalannya
waktu. Biasanya, hal ini terjadi di bawah alam sadar.
Sebagia orangtua kita harus memahami ketakutan apa yang dihadapi anak.
Hal ini bisa dilakukan dengan bertanya, atau melihat langsung saat si
kecil bertemu dengan hal yang membuatnya ketakutan.
2. Tenang dan hadapi
Pertama, bantu mereka merasa aman.
"Anda ingin menjadi empatik, awalnya, dan mendukung. Cobalah untuk
memahami anak itu dan menerima apa yang mereka rasakan,” kata Thomas
Ollendick, Ph.D., seorang psikolog dan direktur Child Study Center di
Virginia Tech seperti dikutip dari New York Times Parenting.
Ini dilakukan untuk membantu anak menjadi tenang, karena seringkali
mereka merasa benar-benar ketakutan.
Pahami benar ketakutan yang mereka rasakan. Misalnya dengan bagaimana
anak sangat ketakutan dengan anjing.
Bisa saja mereka berpikir bahwa anjing bisa menggigit dan membuat dia
kehilangan anggota tubuhnya.
Kamu bisa bersimpati sambil memperbaiki kesalahpahaman mereka dengan
nada lembut.
“Oh, kalau kamu berpikir seekor anjing bisa menggigit kakimu, tidak
heran kamu merasa takut,” saran Tamar Chansky, Ph.D., seorang psikolog
klinis.
Kamu harus pastikan lebih spesifik tentang ketakutan seperti apa yang
dialami si kecil. Misalnya takut gelap, gelap malam atau hanya gelap
mati lampu, takut pada lebah hanya pada lebah asli atau gambar lebah
juga.
Penting untuk mengetahui sumber ketakutan mereka sehingga dapat
melanjutkan ke langkah berikutnya.
3. Beri penjelasan dan jangan menghindari
Orangtua sering berhasil sampai ke tahap ini, tetapi kemudian
tersandung, mereka mulai mengakomodasi ketakutan anak mereka.
Biasanya orangtua cenderung menghindari hal-hal yang ditakuti oleh
anaknya. Tetapi ternyata, hal ini hanya akan memperburuk keadaan.
“Ketika ada keluarga dengan anak dengan fobia, mereka kadang-kadang
datang dan berkata, 'Untungnya, kami tidak bertemu anjing minggu ini,'
dan saya berkata, 'Untungnya? Pelajarilah hal-hal yang akan membantunya
menghadapi ketakutan (bukan menghindarinya)," kata Dr. Chansky.
Ini tidak berarti bahwa orangtua harus memaksa anak ke dalam situasi
yang menakutkan - atau lebih buruk, mengancam jiwa.
Misalnya, orangtua yang tiba-tiba melemparkan anaknya yang takut air ke
kolam untuk "mengajarkan" kepadanya cara berenang. Lalu dia takut dan
tidak percaya lagi pada orangtuanya, dan itu tidak baik untuk siapa
pun.
Yang harus dilakukan sebagai gantinya adalah bertukar pikiran ntuk
secara bertahap mengekspos anak pada hal yang ia takuti.
Seperti dengan berpura-pura memiliki ketakutan yang sama, lalu setiap
hari membicarakan ketakutan itu.
Mencari tahu bersama tentang hal yang ia takutkan, misalnya takut pada
lebah, mencari foto-foto dan video tentang lebih di internet dan kembali
membicarakannya.
Tujuannya adalah untuk mengekspos dia ke pemandangan dan memikirkan
lebah dan tawon dengan cara yang tidak membuatnya takut, sehingga dia
bisa mengganti respons rasa takutnya dengan yang lebih tenang, lebih
rasional.
Ketika anak sudah lebih nyaman, perlahan-lahan tingkatkan eksposurnya,
dan pujilah dia.
"Katakan, 'Astaga, kau berhasil, itu hebat, lihat dirimu!'" Kata Dr.
Ollendick.
4. Cari bantuan
Terkadang, kamu mungkin tidak dapat meredakan ketakutan si kecil
sendirian, dan kamu perlu mencari bantuan dari terapis yang
berspesialisasi dalam kecemasan anak.
Ollendick mengatakan, fobia anak sering ada di kepala anak (setidaknya
sekali sehari), sangat bisa menyebabkan anak menjadi benar-benar di luar
kendali atau bertahan lama (ketakutan mereka tetap akut selama
berjam-jam), maka bantuan profesional mungkin bisa menjadi
pilihan.
Rachel Busman, Psy.D., seorang psikolog klinis dan direktur senior
Anxiety Disorders Center di Child Mind Institute, mengatakan bahwa
penting untuk mengajarkan anak-anak bahwa sangat normal untuk
mengkhawatirkan sesuatu sambil secara bersamaan menoleransi hal
itu.
”Itu tidak berarti anak harus jatuh cinta dengan hal yang mereka
takuti. Tetapi anak mungkin bisa melewati hal yang mereka takutkan saat
bertemu anjing di jalan, misalnya,” ujar Busman.
5.Lihat lagi pola komunikasi dengan anak
Satu hal lagi, jika anak memiliki fobia atau tampaknya cemas dengan
cara lain, perhatikan keseharian kita, mungkin secara tidak sengaja
memicunya.
Misalnya menakut-nakuti anak tentang suatu hal agar mereka mau menuruti
perkataanmu. Hal ini terbukti bisa memicu fobia pada anak.
Pembingkaian seperti ini memberi kesan kepada anak-anak bahwa mereka
harus merasa takut, dan bahwa kita sebagai orangtua tidak memiliki
keyakinan bahwa mereka akan dapat mengelola situasi sendiri.
Jika ini adalah cara kamu berkomunikasi dengan si kecil, cobalah
berhenti sejenak ”Pimpinlah dengan rasa ingin tahumu daripada rasa takut
," saran Dr. Busman.
(*)