Skip to main content

Kisah Pilu Nenek di Gresik, Hidup Sebatang Kara Menunggu Anaknya Pulang Setiap Dua Pekan Sekali


Kisah pilu diceritakan Wakil Ketua DPRD Gresik Mujid Riduan tentang seorang nenek di Gresik yang hidup sebatang kara.

Dia adalah Suparti, nenek berusia 80 tahun yang bertempat tinggal di Dusun Beton RT 01/RW01, Desa Beton, Kecamatan Menganti, Gresik.

Dalam kesehariannya, nenek Suparti hanya bisa berdiam diri sambil menunggu kedatangan anaknya pulang dua pekan sekali yang bekerja di Surabaya.

Nenek Suparti berjalan menggunakan bantuan tongkat kayu, membuka pintu depan rumahnya yang terdiri dari papan kayu.

Lantai dari semen itu pecah-pecah dan dilapisi karung beras yang sudah tidak terpakai sebagai karpet atau alas lantai agar tidak dingin.

Dia tinggal di tanah desa dengan bangunan semi permanen terdiri dari papan kayu, jendela bekas sebagai tembok rumah. Kemudian ada bagian yang ditutupi dengan bekas karung semen bekas untuk menutupi bangunan rumahnya.

Suparti diketahui berasal dari Nganjuk yang merantau ke Gresik tepatnya di Menganti, suaminya meninggal dunia dan hanya menyisakan anaknya yang bekerja di Surabaya.

Suparti yang sudah sepuh mengalami gangguan pada pendengarannya, harus menggunakan nada yang cukup tinggi untuk berkomunikasi dengannya.

Beberapa kali dia mengusap mata, setelah menerima bantuan berupa uang tunai dari Wakil Ketua DPRD Gresik, Mujid Riduan yang mendatangi kediamannya saat hujan deras. 

Suparti juga mengalami keterbatasan dalam pengelihatan karena sudah sangat sepuh.

“Terimakasih banyak saya disini seorang diri,” ucapnya.

Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) berupa beras, daging ayam, telor dan lainnya berada di ruang tamu rumahnya yang berisikan dipan dan kursi plastik sebagai tempat duduk.

Di tempat seluas 9 X 12 meter terdiri dari bahan kayu itu juga nenek Suparti menunggu kedatangan anaknya. 

Wakil Ketua DPRD Gresik, Mujid Riduan menuturkan tidak sengaja saat mendatangi kediaman nenek Suparti.

Politisi PDIP ini berniat mencari tempat berteduh, kemudian melihat rumah tidak layak huni, saat diketuk, keluarlah penghuni rumah yang merupakan seorang nenek sepuh sebatang kara.

Dia menyalakan lampu dengan mencolokkan lampu ke stop kontak yang terpasang di dinding dari triplek itu.

Sambil duduk bersila di lantai, dia menanyakan seputar kehidupan nenek Suparti yang sehari-harinya berada di rumah itu.

“Alhamdulilah meskipun sudah tua tetapi masih sehat, pendengarannya saja yang kurang. Nenek tinggal disini sendirian, kami mendata apakah rumah tidak layak huni orang miskin berapa. Saya kaget prihatin kami akan berusaha maksimal membantu bu Suparti baik rumahnya atau bantuan sembako,” kata dia.

Sebelum meninggalkan kediaman nenek Suparti, Mujid memberikan bantuan kepada nenek tersebut saat bersalaman. Saat berjabat tangan itu, Suparti mengusap air mata dan mengucapkan banyak terimakasih.

“Kalau ada apa-apa saya dikabari. Biarkan saya nanti dan kepala desa yang memperhatikan nasib anda,” tutup Mujid.

(*)
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar