Kisah Mbah Saminem 23 Tahun Jual Nasi Liwet di Solo Baru : Berkali-kali Ada yang Borong, Sejam Ludes
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzD1HsyAgFCB2aDyA2iTOIpDlz8-yKbrTVn8U1EjqDoi9W8j68vDfJnuZTwP-_FZB0VqdlczPiACtlqzcHTSKlE-5BF0_quttAzigC-lKH8-w08_aPtXEflVDUXEg-lCmDmz_IX1YQhGU7/s16000/Mbah+Saminem.jpg)
Ada kisah dari pinggiran Kabupaten Sukoharjo dari sosok orang tua yang setia terhadap pekerjaanya.
Dia adalah Saminem, penjual nasi liwet yang biasanya mangkal di kawasan Pandawa, Jalan Ir Soekarno Solo Baru.
Meski raganya, kulitnya sudah keriput dan rambutnya putih beruban, semangat nenek berusia sekira 80 tahunan itu sangatlah tinggi melebihi tenaga kaum muda.
Ogah minta belas kasihan apalagi minta-minta, Mbah Saminem setia bekerja untuk menghidupi keluarganya.
Bahkan banyak akun medos yang berulangkali memposting foto-fotonya atau story kesehariannya mengumpukan pundi-pundi dari nasi liwet buatannya.
Ternyata Mbah Saminem bermukim di kawasan Tlobong RT 02 Kelurahan Lanarjo, Kecamatan Grogol atau tidak jauh dari tempat dia jualan.
Adapun TribunSolo.com diperkenankan berbincang saat mendatangi rumahnya untuk mengulik kisah perjuangannya.
"Sudah 23 tahun saya berjualan nasi liwet di pinggiran jalan, sejak tahun 1998," kata dia kepada TribunSolo.com Rabu (28/4/2021) malam kala tak berjualan.
Sebelum berjualan nasi liwet Saminem mengaku pernah berjualan makanan olahan seperti ketan, kelepon, dan lauk keliling.
"Yo saya melaku (jalan) digandong makanannya, terus ditawarkan ke warga warga sekitar sambil jalan kaki," ujarnya.
Setelah kurang lebih 5 tahun dirinya memutuskan untuk berjualan nasi liwet dan membuka lapak di pinggir jalan.
"Ya saya menetap dan tidak berpindah-pindah jualannya dari awal,"aku dia.
Semenjak berjualan nasi liwet dirinya mengaku selalu mendapatkan penghasilan yang cukup, alhasil dia senang melakoni.
Saat ditanyai penghasilan dan harga awal pada saat awal berjualan dirinya mengaku tidak mengingatnya.
"Udah lali (lupa) harga awalnya, dulu ya apa-apa murah ya mungkin pecahannya juga dulu beda," paparnya
"Masa kejayaannya ya mungkin sekitar awal tahun 1999, saat itu saya merasa banyak beli," tambahnya.
Masak Pakai Kayu Bakar
Saat ini, dia tinggal dirumahnya bersama suami.
"Anak saya 7 dan dan meninggal dua jadi yang masih hidup 5," katanya.
Adapun anak dari Saminem di antaranya adalah 4 anak Laki-laki dan 1 anak perempuan.
"Ada yang sudah nikah, ada yang kerja, SMA, ada yang masih SMP tapi tidak lulus," katanya
Dirinya mengatakan berjualan di kawasan lampu merah pinggiran tersebut setiap hari sejak pukul 17.00 - 00.00 WIB.
"Kecuali Malam jumat saya libur, sudah dua hari ini tidak berjualan karena hujan deras," katanya.
Ia mengaku selama persiapannya dalam berjualan ia dibantu oleh suaminya dan anaknya.
"Memasaknya tradisional dengan kayu bakar tidak pakai kompor," katanya.
Menurutnya waktu paling ramai dikunjungi di malam minggu.
"Ya anak saya kadang mendirikan tenda, suami saya bantu persiapan hingga bawa becak derek ke Lapak," tambahnya.
Dirinya mengaku tidak pernah belajar formal di sekolah.
"Dari kecil saya tidak sekolah, saya tidak bisa membaca dan menulis," katanya.
Seusai menikah, dirinya mengaku langsung berpindah profesi sebagai penjual keliling.
"Selama kecil dirinya membantu orang tua untuk mencari uang dan berburuh sebagai pembatik canting," aku dia.
"Ya bagaimana mas, saya kami keluarga miskin," tambahnya.
Dan dirinya mengaku menekuni membatik selama bertahun-tahun.
"Berhenti setelah dijodohkan oleh orangtua saya dengan Sahlan suami saya yang tinggal di sini (Tlobong)," katanya.
Semenjak menikah memutuskan dirinya berhenti dari pekerjaan batiknya dan memulai berjualan.
Dirinya mengatakan lauk yang ia jual setiap harinya di depan kawasan restoran jepang Yosinoya tersebut.
"Nasi Liwet, ikan telor, sambal goreng, kumut dan berbagai lauk lain dan minuman," katanya.
Untuk harga nasi liwetnya sendiri dirinya katakan dari range harga Rp 7000 -17000 Ribu.
"Macam-macam untuk paket nasi dan suwiran ayam Rp 7 ribu, kalau pakai telor Rp 11 ribu," katanya.
Untuk harga paket lengkap nasi, ayam mulai dari Rp 15 tibu sampai Rp 17 ribu.
Untuk penghasilan saat ini dia mengaku tidak bisa diprediksi.
"Kalau sebelum corona Rp 400-500 Ribu, omset perharinya, pandemi jadi Rp 200 - Rp.300 ribu," tuturnya.
Dirinya mengaku untuk kebutuhan jualannya dirinya berbelanja di warung dekat rumahnya.
"Bahan bahan beli sendiri, di masak sendiri dibantu bapak dan dibumbui," tambahnya.
"Ya saya biasanya beli bahan masak di tempat tetangga mulai dari cabai, beras, bumbu dan santan," katanya.
Saminem mengaku dalam kiprahnya berjualan di pinggiran jalan, dirinya pasti ada yang membeli meskipun sedikit.
"Ya walau sekedar beli minuman saja dan nasi dua tiga bungkus pasti ada beli," tambahnya.
Dirinya juga senang dan girang jika ada pembeli yang berhenti untuk memborong daganganya.
"Beberapa kali sering ada borongan alhamdulillah, pernah diborong sampai satu juta dalam waktu sekejap tak ada sejam," ujarnya.
"Ya orangnya kalau tidak salah warga Solo, terus dibeli di lapak saya, terus memborong semuanya," terang dia.
(*)